MAKALAHLAPORAN PEMBUATAN TEMPE 1. LAPORAN PENELITIAN METODE ILMIAH GURU : NAMA : AKHMAD BAHARUDDIN BASIT KELAS : XI - TSM NO ABSEN : 04 MAKALAH PENELITIAN TENTANG FERMENTASI PADA TAPE SINGKONG 2. KATA PENGANTAR Kehidupan manusia semakin berkembang dan sejahtera karena adanya bioteknologi, yang semakin berkembang.
Praktikumkali ini mengenai pembuatan tempe dengan cara fermentasi. Proses pembuatan tempe dapat terbilang membutuhkan waktu yang cukup lama. Hingga diperoleh hasil jadi tempe, waktu yang dibutuhkan yaitu minimal 24 jam dan maksimal 72 jam. Lamanya proses pembuatan tempe karena proses fermentasi.
Pembuatantempe menggunakan plastik dan daun pisang. Fermentasi dan pengamatan dilakukan selama 1 hari / 24 jam. Dengan dibungkus menggunakan serbet, agar suhu selama proses fermentasi tetap terjaga.
LAPORANPRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN TEMPE. Oleh : Dyna Kholidaziah (1210702018) Kelompok 4 (empat) Biologi VI/A. Asisten : Rahmat Taufik S.Si Dosen : Epa F. M.Si. Tanggal Percobaan : 10 Oktober 2013 Tanggal Pengumpulan : 1 Oktober 2013. JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2013
Praktikumkali ini mengenai pembuatan tempe dengan cara fermentasi. Dalam prakteknya usaha keripik tempe milik kami termasuk dalam pasar persaingan monopolistik yaitu struktur pasar dimana terdapat banyak perusahaan yang. Makalah proses pembuatan tempe 2 f a) laporan pengamatan ini akan membantu dalam memahami materi bioteknologi
Dalampraktek pembuatan tape diperlukan alat dan bahan sebagai berikut : air bersih 2 liter, 1 kg bahan yang mengandung karbohidrat (singkong, ketan, sukun atau bahan lain), 1 buah dandang untuk mengukus, kompor, 1 bungkus ragi tape, daun pisang secukupnya, 1 buah wadah tertutup. Sedangkan cara kerjanya : Peserta didik mengupas dan membersihkan
TAHUNPELAJARAN 2013/2014. A. Tujuan. Mengetahui cara pembuatan tempe dengan memanfaatkan mikroorganisme Rhizopus oryzae. B. Dasar Teori. Bioteknologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri,fungi,virus,dan lain-lain)maupun produk dari makhluk hidup (enzim,alcohol)dalam proses produksi untuk menghasilkan
Adanyakemampuan dari bakteri Lactobacillus dan Streptococcus ini dalam fermentasi susu dimanfaatkan sebagai dasar dalam proses pembuatan youghrt. Youghrt merupakan salah satu jenis minuman yang termasuk ke dalam minuman penyegar (Kurniati, Tuti). Youghurt adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri, yoghurt dapat dibuat dari susu apa
rBLY. BIOTEKNOLOGI FERMENTASI LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN TEMPE Rhizopus oryzae / Rhizopus sp Nama Siswa Yanti Octavia Theressia Kelas XII MIA Guru Pembimbing Nely Sa’adaniyah, SMAN 4 MALINAU 2019 Judul Praktikum Cara Membuat Tempe Pemanfaatan bioteknologiTujuan Praktikum 1. Memenuhi tugas pratek akhir. 2. Mengetahui cara pembuatan tempe. 3. Mengetahui peran Rhizopus oryzae. 4. Untuk mempelajari proses dari pembuatan tempe dari kacang kedelai. Dasar Teori Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus atau Rhizopus oryzae. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe". Kapang Rhizopus ini berperan memecah senyawa kompleks yang ada pada bahan baku sehingga lebih mudah dicerna. Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan, sebagai akibat dari pemecahan kandungan-kandungan bahan pangan tersebut. Tempe itu berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam. Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif. Tempe juga berpotensi digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain. Selain itu tempe mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Alat dan Bahan Ø Alat Kompor Panci Tampah/tampi Saringan Sendok Dandang Mangkok atau baskom Korek Jarum Serbet Ø Bahan Kedelai Ragi tempe RAPRIMA Air Pembungkus tempe plastik / daun pisang Tusuk gigi/lidi Cara Kerja Seluruh alat yang digunakan dan tangan dibersihkan. Ambil segenggam atau lebih kacang kedelai yang bersih, masukkan ke dalam mangkok, lalu tuang air biasa sampai setengah dari mangkok atau melewati permukaan kacang kedelai. Diamkan atau rendam kacang kedelai selama 1 malam atau 8 jam. Setelah 1 malam, bersihkan atau pisahkan kacang kedelai dari kulit ari dengan cara diremas, lalu cuci kacang kedelai menggunakan air mengalir hingga bersih. Sesudah itu, dipindahkan kacang kedelai ke dalam panci dan diisi dengan air sampai melewati permukaan kacang kedelai. Panci diletakkan diatas kompor yang sudah dinyalakan dan rebus / kukus kacang kedelai sampai empuk. Tiriskan kacang kedelai yang sudah empuk, dan keringkan dengan cara meratakan kacang kedelai di atas tampah/tampi, lalu di angin-anginkan. Setelah kacang kedelai kering, saatnya pemberian ragi tempe sebanyak setengah sendok makan atau 1 sendok makan. Aduk kacang kedelai bersama ragi, sampai merata. Sesudah itu, bungkus tempe menggunakan plastik atau daun, dengan ukuran sesuai keinginan. Jika menggunakan plastik, tusuklah plastik bolak balik sebanyak 20 tusuk. Selanjutnya, kacang kedelai yang sudah dibungkus diletakkan atau simpan pada tempat yang gelap, dan dibungkus menggunakan serbet. Tahap fermentasi Tunggulah selama 1 hari / 24 jam penuh. Setelah 1 hari penuh, tempenya sudah dikatakan berhasil jika ditandai dengan adanya, jamur berwarna putih yang tumbuh dikacang kedelai dan terlihat menyatu semua. *keterangan Kacang kedelai yang terendam selama 8 jam, ditandai dengan kulit ari yang mengambang, air yang berbuih, dan kacang kedelai yang membesar. Kulit ari kacang kedelai biasanya masih ada yang belum lepas, untuk memudahkan membersihkannya bisa melalui tahap 2 kali perebusan, untuk kebersihan yang merata. Hasil Pengamatan - Kacang kedelai ditumbuhi oleh jamur secara merata - Rasa dan baunya harum dari khas tempe - Awal pengambilan tempe terasa hangat - Tempenya jadi dalam 1 hari/24 jam penuh - Jika menggunakan kain/dibungkus menggunakan kain, suhunya akan terjaga. Pembahasan Dalam proses pembuatan tempe, semuanya harus steril demi terhindarnya dari kontaminasi. Kacang kedelai harus direndam untuk berhidrasi, supaya kulit ari menjadi mudah di lepas dari kacang kedelai. Kacang kedelai di rebus, agar kacang kedelai menjadi empuk atau lunak. Juga mempermudah membersihkan kacang kedelai dari kulit ari. Pemberian ragi pada kacang kedelai untuk pemicu proses fermentasi. Fungsi lubang pada plastik, untuk sirkulasi udaranya, dimana proses dari pembuatan tempe ini tergolong dalam proses anaerob. Proses fermentasi dilakukan ditempat tertutup/gelap, agar suhunya meningkat dan tumbuhnya jamur pun semakin mudah, dengan suhu 27°C - 30°C. Kacang kedelai ditutupi atau dilapisi serbet, agar suhunya tetap terjaga. Proses pembuatan tempe dalam keadaan ini, hanya dalam waktu 1 hari atau 24 jam penuh, jika terlalu lama tempe akan membusuk. Selama proses fermentasi, tempe jangan disentuh dulu sebelum jadi. Setelah 24 jam, tempe sudah harus dikeluarkan dari penyimpanan ke tempat terbuka, agar tidak membusuk. Selama proses fermentasi, kacang kedelainya berkeringat. Ini terjadi karena adanya proses pengurangan kadar air serta menjaga kelembaban pada kacang kedelai selama proses fermentasi. Setelah 24 jam penuh, tempe terasa hangat/panas. Dalam penelitian ini, Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosphorus adalah salah satu dari mikroorganisme yang sering digunakan dalam fermentsi untuk membuat tempe. Pada dasarnya membuat tempe sama halnya dengan fermentasi lainnya, artinya bahan yang digunakan untuk mebuat tempe harus dalam keadaan yang bersih dan siap digunakan. Awal dari proses pembuatan tempe adalah melakukan proses perendaman. Perendaman ini sendiri bertujuan untuk melunakkan kedelai yang akan dibuat tempe dan selain itu agar kedelainya mengembang dari ukuran semula. Setelah itu kedelai mengalami proses perebusan yang tujuannya adalah untuk melunakkan dan agar bakteri tempe dapat mati. Selanjutnya pencucian dan penghilangan kulit ari tujuannya adalah agar ragi yang ditambahkan bisa masuk kedalam daging kedelai dan juga agar teksturnya lembut tidak ada serat kasar. Selama proses pembuatan tempe terjadi penurunan kadar karbohidrat. Sehingga daya cerna tempe meningkat dan bebas dari masalah flatulensi. Fermentasi kedelai menjadi tempe juga akan meningkatkan kandungan fosfor. Hal ini disebabkan hasil kerja enzim fitase yang diproduksi kapang tempe, yang mampu menghidrolisa asam fitat menjadi inositol dan fosfat yang bebas. Pembuatan tempe menggunakan plastik dan daun pisang. Fermentasi dan pengamatan dilakukan selama 1 hari / 24 jam. Dengan dibungkus menggunakan serbet, agar suhu selama proses fermentasi tetap terjaga. Setelah 12 jam, bungkusan kacang kedelai terlihat seperti berkeringat, ini disebabkan karena adanya kenaikan suhu dan kadar air akan mengalami penurunan pada proses fermentasi agar pertumbuhan jamur tidak tergangu. Jika sudah 24 jam penuh, seluruh kacang kedelai sudah ditumbuhi oleh jamur, dimana kacang kedelai sudah terlihat menyatu. Saat tempenya dipegang, tempenya akan terasa hangat atau panas. Ini terjadi karena dalam proses fermentasi suhunya akan meningkat, agar jamur tumbuh dengan cepat. Tempe yang sudah jadi ditandai dengan warna putih yang disebabkan oleh tumbuhnya Miselia jamur di sepanjang permukaan tempe dan menyatu, serta memiliki harum yang khas. Ciri-ciri keberhasilan pembuatan tempe - Tumbuhnya jamur secara merata - Harum/baunya khas tempe - Semua kacang kedelainya ditumbuhi jamur - Teksturnya kompak, padat dan lunak/empuk Pemicu gagalnya pembuatan tempe - Proses pembuatan salah - Tidak steril - Tidak sabaran - Tempenya menghitam - Tumbuhnya jamur hanya di salah satu tempat - Rasa dan baunya kecut - Ada kacang kedelai yang tidak ditumbuhi jamur - Tempenya tetap basah Kesimpulan Tempe berpotensi untuk melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain. Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Proses fermentasi tempe dilakukan oleh yang namanya Rhizopus oryzae dimana ini merupakan jamur yang tumbuh dengan suhu 27°C - 30°C, dan dengan kelembaban tertentu. Yang dipicu oleh ragi tempe. Selama proses pembuatan tempe terjadi penurunan kadar karbohidrat penyebab flatuensi, yaitu stakiosa dan rafinosa. Sehingga daya cerna tempe meningkat dan bebas dari masalah flatulensi. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pembuatan tempe tersebut jika terlalu lama akan jadi over fermentasi. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai emnjadi lebih baik dan mudah dicerna. Dan proses berhasil dan tidak berhasilnya pembuatan tempe adalah sesuai dengan perlakuan, apa sudah benar dan tepat atau belum. Pembuatan tempe pada dasarnya dapat dilakukan oleh semua orang dengan alat & bahan yang mudah ternyata proses pembuatan tempe hanya dapat dilakukan dalam 1 hari, sesuai dengan banyaknya kacang kedelai, karena bisa mencapai 3 hari penuh. Daftar Pustaka
0% found this document useful 0 votes4 views4 pagesOriginal TitleLAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN TEMPECopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes4 views4 pagesLaporan Praktikum Bioteknologi Pembuatan TempeOriginal TitleLAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN TEMPEJump to Page You are on page 1of 4 You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Daftar isi 1Laporan Praktikum Pembuatan TempeBab I. PendahuluanA. Latar BelakangB. Rumusan MasalahC. Tujuan PercobaanBab II. Tinjauan PustakaA. Pengertian FermentasiB. Mikroorganisme pada FermentasiC. Rhizopus oryzae dalam tempeBab III. Metode PercobaanA. Tempat dan Waktu PercobaanB. Bahan dan Alat Percobaan1. Bahan Laporan Praktikum Pembuatan Tempe Berikut ini adalah contoh laporan Praktikum Pembuatan Tempet Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan, sebagai akibat dari pemecahan kandungan-kandungan bahan pangan tersebut. Jika cara-cara pengawetan pangan yang lain misalnya pemanasan, pendinginan, pengeringan, iradiasi dan lain-lainnya ditujukan untuk mengurangi jumlah mikroba, maka proses fermentasi adalah sebaliknya, yaitu memperbanyak jumlah mikroba dan menggiatkan metabolismenya di dalam makanan. Tetapi jenis mikroba yang digunakan sangat terbatas yaitu disesuaikan dengan hasil akhir yang dikehendaki. Beberapa contoh makanan hasil fermentasi adalah tempe, tauco, dan kecap yang dibuat dari kedelai, oncom dari bungkil kacang tanah, ikan peda, terasi, sayur asin, keju dan yoghurt dari susu, anggur minum, brem dan lain-lainnya. Tempe adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan makanan yang sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber protein nabati yang cukup tinggi. Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer kapang roti, atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh. Pada proses pembuatan tempe, fermentasi berlangsung secara aerobik dan non alkoholik. Mikroorganisme yang berperan adalah kapang jamur, yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus oligosporus, dan Rhizopus arrhizus. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan 1. Bagaimanakah peranan mikroorganisme Rhizopus Oryzae dalam proses pembuatan tempe? 2. Bagaimanakah proses pembuatan tempe? C. Tujuan Percobaan Adapun tujuan penulisan yang menjadi acuan penulis untuk membuat laporan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut Mengetahui bagaimana peranan dari mikroorganisme Rhizopus Oryzae dalam proses pembuatan tempe. Mengetahui bagaimana proses pembuatan tempe. Bab II. Tinjauan Pustaka A. Pengertian Fermentasi Fermentasi bahan pangan adalah hasil kegiatan dari beberapa spesies mikroba seperti bakteri, khamir dan kapang. Mikroba yang melakukan fermentasi dengan memberikan hasil yang dikehendaki dapat dibedakan dari mikroba-mikroba penyebab penyakit dan penyebab kerusakan. Mikroba fermentasi mendatangkan hasil akhir yang dikehendaki, misalnya bakteri akan menghasilkan asam laktat, khamir menghasilkan alkohol, kapang menghasilkan tempe. Fermentasi biasanya dilakukan dengan menggunakan kultur murni yang dihasilkan di laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan, misalnya kultur murni dari bakteri asam laktat untuk membuat keju. Kadang-kadang tidak digunakan kultur murni untuk fermentasi sebagai laru starter. Misalnya pada pembuatan tempe atau oncom digunakan hancuran tempe dan oncom yang sudah jadi. B. Mikroorganisme pada Fermentasi Jenis kapang digunakan dalam khususnya bagi beberapa jenis kayu dan fermentasi bahan pangan khususnya di Asia, seperti kecap, miso, tempe dan lain-lainnya. Jenis kapang yang banyak memegang peranan penting dalam fermentasi bahan makanan tersebut adalah Aspergillus, Rhizopus dan Penicillium. Tempe adalah sumber protein yang penting bagi pola makanan di Indonesia, terbuat dari kedelai. Pembuatan tempe dilakukan sebagai berikut kedelai kering dicuci, direndam semalam pada suhu 250C esok paginya kulit dikeluarkan dan air rendam dibuang. Kedelai lalu dimasak selama 30 menit. Sesudah itu didinginkan, diinokulasikan dengan spora Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae, ditaruh dalam panci yang dangkal dan diinkubasikan pada suhu 300C selama 20 – 24 jam. Dalam waktu itu kedelai terbungkus sempurna oleh mycelia putih dari jamur. Sekarang tempe siap untuk dikosumsi. Cara penyajiannya adalah tempe dipotong-potong, direndam sebentar dalam garam lalu digoreng dengan minyak nabati. Hasilnya adalah tempe yang berwarna coklat dan kering. Dapat juga dimakan dalam bentuk mempunyai kuah atau dengan kecap. C. Rhizopus oryzae dalam tempe Tempe adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan makanan yang sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber protein nabati yang cukup tinggi. Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer kapang roti, atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh. Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur strain unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang memerlukan lisensi dari pemegang hak paten. Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe Soetrisno, 1996. Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat Purwoko dan Pamudyanti, 2004. Jamur Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino Septiani, 2004. Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu menghasilkan protease Margiono, 1992. Menurut Sorenson dan Hesseltine 1986, Rhizopus sp tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehingga jamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur. Bab III. Metode Percobaan A. Tempat dan Waktu Percobaan Tempat Rumah Eka Waktu Percobaan 14 00 WIB Waktu percobaan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu Tahap Pembuatan Jum’at, 19 Februari 2016 Tahap Pengamatan Sabtu, 20 Februari 2016 dan Minggu, 21 Februari 2016 B. Bahan dan Alat Percobaan 1. Bahan a. Biji kedelai, dan b. Ragi atau bibit tempe 2 Alat a. Panci b. Kompor gas c. Tampah plastik d. Sendok nasi e. Ember f. Pembungkus plastik g. Jarum h. Serbet 3. 3 Metode Kerja 1 Biji kedelai yang telah dipilih, dibersihkan dan dicuci dengan air bersih, kemudian direndam dengan air bersih selama satu hari satu malam. 2 Lalu kedelai direbus sampai mendidih dan lanjutkan perebusan sampai kedelai benar-benar kelihatan empuk. 3 Setelah tempe direbus, hasil rebusan tempe di tiriskan/di anginkan sambil diaduk 4 Kulit ari kedelai dibuang dengan cara diremas-remas sampai biji terbelah dan kedelai menjadi bersih. 5 Kedelai yang telah dibuang kulitnya di cuci bersih lalu ditiriskan. 6 Setelah rebusan kedelai dingin, taburkan ragi bibit tempe sebanyak 1 gram ragi per 1 kg kedelai secara merata dengan alat pengaduk. 7 Kedelai yang sudah dicampur ragi bibit tempe, dibungkus dengan plastik yang sudah ditusuk-tusuk dengan jarum. Setelah itu disimpan selama dua hari. 8 Pengamatan dilakukan selama dua hari berturut-turut guna melihat proses berlangsungnya fermentasi. 9 Setelah tempe disimpan selama dua hari maka seluruh permukaan kacang kedelai tertutupi jamur. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Pengamatan yang dilakukan pratikan pada dua hari berturut-turut setelah pengolahan kedelai hingga menjadi tempe adalah sebagai berikut a Pengamatan I Jum’at, 19 Februari 2016 Kedelai yang terbungkus masih dalam keadaan panas dan mengembun. b Pengamatan II Sabtu, 20 Februari 2016 Jamur merata, tekstur rata dan bau tempe. Pembahasan Pada pengamatan I keadaan bungkus kedelai dipenuhi uap air akibat panas yang masih ditimbulkan oleh proses fermentasi dan mycelia putih dari jamur belum merata masih terlihat padatan/biji kedelai. Pada pengamatan II masih ada biji kedelai yang terlihat akan tetapi keadaan kedelai telah terbungkus sempurna oleh mycelia putih dari jamur, karena padatan kedelai menempel pada pembungkusnya maka padatan kedelai tersebut terlihat membentuk tekstur yang rata sesuai bentuk pembungkusnya dan pastinya tercium bau yang khas dari bungkusan kedelai tersebut yaitu bau tempe. BAB V PENUTUP Kesimpulan Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa tempe sangat tergantung dari hasil fermentasi jenis bahan utama/substratnya yaitu kedelai, macam mikroba yang aktif dan kondisi di sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut, dan hal ini dapat dikatakan bahwa pengolahan kedelai hingga menjadi tempe sesuai dengan hasil akhir yang dikehendaki. Pada dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi. Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare. Saran Pemberian keterangan/pengarahan yang dilakukan asisten/pembimbing sudah baik akan tetapi pratikan masih mengharapkan pada percobaan selanjutnya para asisten/pembimbing untuk dapat memberikan keterangan/pengarahan lebih spesifik lagi dalam hal pengolahan dan penyajian bahan yang dicoba. Dengan adanya keterangan/pengarahan yang lebih baik lagi yang diberikan asisten/pembimbing dapat menjadi pengetahuan dan bahan kuliah bagi pratikan nantinya. DAFTAR PUSTAKA Muchtadi, 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor. Setiadi. 2002. Kepekaan Terhadap Pengolahan Pangan. Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD, Bandung. Winarno, dkk. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta. Wirakartakusumah, dkk. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor.